MENJUAL CINTA ( PART 2 )
"Hai Sist, minta list harga aplikasi bunganya dong, makasih ya "
"Halo juga, maaf, sista ini golongan apa? Troll? peri? atau minion? Kami cuma melayani nenek sihir berhati emas dengan rambut gelombang yang berkibar-kibar ditiup angin."
Krik...krik...krik...
Chat di atas mempunyai resiko tinggi dicapture dan disebarluaskan di dunia maya. BTW, ada OS yang begitu? Penasaran.
Harusnya dan lazimnya, semua OS enggak memasang tanda "Hanya melayani pembeli golongan tertentu"
Siapapun dia, mau Peri, mau Troll, mau Minion, Mau Alien, mau matanya satu, kulitnya ijo, mau dia rambutnya ungu , golongan kanan , kiri, atas, bawah atau whateva lah. Prinsipnya sih dikau mbayar dan kasih alamat lengkap. Kalau saya tambahin satu lagi, manut. Haha.
OS ga memilih calon customernya, calon Customer lah yang memilih OS-nya. Etalase OS itu bukan hanya di lapaknya, tapi juga di wall pribadinya.
Biasalah, pembeli cerdas kan stalk-stalk dulu wall pribadi. Ini lagi ngomongin Facebook ya.
Jadi buat para pelapak, statusmu itu jualanmu.
Saya ogah menulis status yang "menguntungkan" orang lain ( mis : gosip-gosip mencela atau membuat kepentingan orang lain jadi viral), share berita -berita hoax dari Fp yang minta like, share dan komen, atau status yang ngomongin kelakukan calon customer atau customer di wall pribadi ( rules number 3 ).
Saya selalu menarik garis tegas dengan calon customer dan yang nantinya menjadi customer.
Situ beli, saya jual. Situ berhak bertanya sedetail-detailnya, saya wajib menjelaskan sedetail-detailnya.
Mau jenis customer apa aja deh, saya udah pernah dapetin. Mulai dari yang cuma nanya doang, dari yang basa-basi dulu, yang transaksi nanya jawab sampai seminggu ga closing-closing sampai yang ga pake nanya langsung minta no rekening ( udah direkap sendiri plus ongkir dicek sendiri ) di menit itu juga langsung transfer. Kanjeng Dimas, bisa enggak customer yang terakhir ini digandakan?
Kalau ada yang aneh-aneh, ga mungkin saya ga bete atau baper, saya pan manusia juga, emak-emak lagi yang kadang , eh sering sih baper dan sensi. Kalau udah nemu yang aneh-aneh, rasanya pengen cakar-cakar tembok.
Untungnya ini jualan online, jadi bisa ditinggal dulu, ngapain kek sambil mikirin balasan chat yang tajam setajam silet tapi tetap sopan. Huwahahaha.
Chat saya dengan semua customer ga pernah menyimpang dari topik produk saya yang dibeli. Tapi, kadang kala ada juga customer yang menuntut service after sale. Biasanya ini yang beli karena pengin belajar. Saya ga keberatan. Pertanyaan susulan biasanya teknik membuat dan minta dikomenin hasil akhir yang dia buat setelah membongkar barang yang dia beli. Boleh, ayo sini.
Garis tegas itu enggak berlaku untuk pembeli buku.
Sekeras apapun saya step back, selalu balik ke situ-situ lagi.
Saya kerap terlibat emosional kalau lagi jualan buku.
Sapa yang enggak jadi terharu? kalau pembeli buku itu adalah anak-anak, yang harus jual buku koleksinya dulu demi membeli KeoNoaki's Series, yang patungan dulu sama teman-temannya, yang bolak - balik inbox ingentin supaya buku punya dia disimpan karena duit belum cukup.
Belum lagi kalau giliran cek ongkir, dan alamat dia jauuuuuuuh di pedalaman, harga ongkir lebih mahal dari harga bukunya. Sapa coba yang enggak terpengaruh? hik.
Pokoknya kalau urusan buku, saya selalu lemah hati deh.
Bersambung besok lagi yak.
Comments
Post a Comment