Posts

Coret Satu Lagi

Image
  Pagi ini ketika sesi curhat aku dikasih kata-kata mutiara  "Anggap aja break juga buat Betty. Disuruh nulis lebih banyak."  Baiklah. Nulis ini dulu. Biar nanti ada artefak kalau aku pernah ada di garis waktu ini. Ceritanya, setiap kali ada kelas menulis Bunda Ary, beberapa peserta yang udah sering berinteraksi denganku nyeletuk begini.  "Kak Betty ilmunya lengkap, ya. Ikut terus dari awal coach buka kelas." Aku hanya menjawab dengan emoticon saja. Sebenarnya ingin kujawab begini. "Benar, aku dapat lengkap semua pdf materinya. Tapi aku lebih hepi dapat banyak data dan kontak. Itu mempermudah untuk promo kelas, buku atau apa aja yang berkaitan dengan coach." Wkwkwk ... otak tetep dagang. Aku menulis sesuka hatiku. Ikut lomba pun aku jarang. Bukan tidak pernah, ya. Juaaaarang. Udah juaaaaarang, banyak kalahnya pula. Tahun ini, aku menambahkan banyak hal baru dalam daftar " Sekali seumur hidup setidaknya satu kali harus mencoba." Salah satu yang k

Culture Shock

 Pas scroll Tik Tok nemu konten tentang Culture Shock anak Jateng pas datang kuliah di Malang. Aku deja vu. Sebenarnya, meski ada di Jawa Timur, tiap-tiap daerah itu punya potensi bikin shock anak luar daerah. Anak Surabaya sekitarnya kalau ke Malang pasti ada Culture Shocknya, apalagi anak Blitar, Tulungaung, Trenggalek yang secara bahasa medoknya aja kental banget. Aku datang ke Malang tahun 1996, dari Mojokerto yang lebih dekat dengan Surabaya. Sekarang kalau memperhatikan curhatan anak luar Malang yang baru datang keknya masih berlaku deh, apa yang dulu kurasakan masih sama dengan anak sekarang. Beberapa hal yang laiiin banget kerasa kalau ada di Malang: - Ketika berbahasa Jawa, Ngoko, pelafalan dan intonasi arema itu lebih halus dibanding anak Sby sekitarnya, meski enggak sehalus anak jateng. Jadi kadar nge-gasnya itu di bawah anak Surabaya. Kalau aku masih pake Kon, Rek sebagai panggilan, di Malang mereka lebih suka memakai awakmu atau pean meski lawan bicaranya seumuran. - Penye

Lockwood & Co Series

Image
  Akhirnya. Penantian fans Mr. Stroud berakhir sementara. Locky jadi series gaiiissss! Teaser-teaser udah sejak tahun kemarin. Pas poster keluar, excited banget karena vibe warnanya kayak cover-cover  novelnya. Begitu keluar trailer, aku agak HAH gitu. Karena visualisasi fisiknya kok jauh banget ya kayak yang di novel. Lucy aku bayangkan dia berambut hitam lepek yang kakinya kurus panjang. Lockwood terlalu kurus dan George jauh banget sama deskripsi fisiknya yang gemuk berisi.  Tapi ga pa-pa lah, mari kita tunggu seriesnya. Bu Bos yang maraton begitu rilis. Aku, masih bergelut dengan orderan batik feston dan kelas yang bikin hape meledak. Begitu orderan kelar, baru deh maraton. Waktu Bu Bos spill dikit, udah kerasa deh agak nganu. Sejak awal enggak berekspektasi berlebihan karena kalau adaptasi ya mestilah enggak bisa sama persis dengan novelnya. Di episode pertama, adegan-adegan enggak banyak yang kuingat dari seri 1. Scene favorit ya pas Lucy dites di rumah Lockwood. Selanjutnya aku

ADMIN'S GOLDEN RULES

Image
    Pertama kali menjadi admin, sekitar tahun 2015. Medsos belum marak, Instagram sudah ada tapi masih enggak familier. Kerjaanku jualan dan mengurus FP yang isinya fangirling. Awal-awal itu rasanya pening karena kolamku bukan kolam buku, tapi kolam craft. Artinya, ya harus buka kolam baru. Menjadi admin rasanya nano-nano. Seiring berjalannya waktu, aku jadi membagi 2 kerjaan ngadmin ini. Satu karena kebucinan, satu karena duit. Dua-duanya kukerjakan sepenuh hati.  Berinteraksi dengan customer membuatku seringkali tersadar kalau aku bukan orang malang sedunia, wkwkwkwk... Kenapa sampai kepikiran gitu? Karena tak jarang komunikasi yang awalnya sebatas info tentang event atau jualan tertentu berujung dengan curhatan. Aku enggak masalah, kubalas secukupnya, sesopannya,  Q     : Hal yang paling menguntungkan dari kerjaan ngadmin? A     : Data. Waktu pelatihan DEA tahun lalu, aku belajar banyak tentang data. Kenapa ada profesi data analyst, kenapa sekarang data itu penting untuk reach dan n

MEMBAKAR TOYOBO

Image
          Toyobo ini kain katun. Toyobo itu nama merk, enggak tepat merk sih. Nama pabrik. Sebagai kain katun, mbakar Toyobo ya jelas susah ya melengkungnya, mana klau ada juntai benang dikit aja dia langsung terbakar. Awalnya aku langsung ngerasa ga enak pas ni customer chat. Bikin bunga pake Toyobo? bisa enggak wong katun. Aku iyain tapi kukasih harga mahal. Dia nawar sampe mampus, mulai dari minta harga grosir sampe free ongkir. Jelas ... ga kuturutin.  Pas minta sample, aku bikinkan pake velvet. Wong item enggak kelihatanlah bedanya. Setelah deal, baru serius deh mikirnya. Toyobo bukan kain yang susah ditemukan, coz kain ini banyak dipake buat bawahan. Dapat di toko kain langganan. Pas pulang sambil jemput Tuan Muda, aku kepikiran chat customer yang minta warna hitam pekat. Agak mengkerut kening mendengar alarm di belakang kepala. Pas kulihat bener-bener, hitamnya Toyobo yang kubeli itu agak-agal doff. Ya iyalah karena katun. Hitamnya enggak sekelam kain-kain sintetis macam satin.

Di Titik Keramaian

Image
  Sepuluh tahun yang lalu, aku pernah nulis bucket list di blog ini. Scroll aja kalau mau tahu apa isinya. Salah satunya adalah harapanku untuk mudik lebih sering. Tidak hanya setahun sekali. Kala itu anak-anak masih kecil, dan transportasi enggak semudah sekarang. Dulu, masih harus mikirin kenyamanan naik bus bawa bayi belum lagi harus oper-oper bus karena enggak ada bus yang langsung dari Malang ke Mojokerto.  Aku juga pernah menulis ribetnya mudik pas pake bus gara-gara kereta enggak jalan. Dua tahun kemarin, kepulanganku dan anak-anak ke Mojokerto sudah nyaman. Naik kereta dengan tiket yang bisa dipesan, Ada gocar untuk menuju rumah dari stasiun. Kemarin, aku mudik lagi. Enggak ada yang spesial sebenarnya. Hanya saja ekspektasiku yang berlebihan. Aku kira seperti kepulangan sebelumnya, penumpang tu enggak terlalu padat. Karena bukan liburan meski akhir minggu. Biasanya penumpang didominasi mahasiswa, enggak terlalu crowded dan noisy lah. Sabtu kemarin, aku syok. Kereta penuh dengan

Cuma kita, Mami!

Image
  "Aku tu ya pernah survei ke temen-temenku, enggak ada yang kalau liburan tuh tujuannya mesti ke perpus. Cuma kita, Mami!" Gitu kata Veve kalau aku tawarin liburan mau ke mana? berenang? ngemall? perpus? Wkwkwk.. Ya emang mau ke mana? Warga mbatu kalau liburan itu malah anteng di rumah. Ngapain main ke tempat wisata penuh sesak, mahal pula. Nunggu yang diskon khusus warga aja atau malah yang gratisan. Ke perpus sebenarnya enggak pas musim liburan, sih. Kalau ada libur mendadak atau pulang pagi, aku sering bawa mereka ke perpus. Perpus mana aja. Mereka tuh sebenarnya enggak membaca di situ. Paling sering lihat-lihat lalu pinjam baca di rumah. Kunjungan ke perpus sudah rutin kulakukan sejak zamannya perpus AMIN yang estetik. Cantik dalam dan luar, sayang koleksinya jadul dan lebih banyak dibikin foto-foto aja sama yang datang.  Mungkin karena sepi pengunjung, perpus AMIN kolaps dan tutup. Perpustakaan berikutnya adalah perpus Block Office. Letaknya di dalam gedung BO. Aku sebe